Bernama lengkap Sefti Nur Cahya Putri berasal dari Cilegon Banten kelahiran 13 September 1998 yang merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ayahnya adalah Pegawai Negeri Sipil di salah satu kantor pemerintahan yang dekat dengan tempat tinggalnya, sedangkan ibunya merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya sibuk dengan kegiatan kader PKKnya.


Kegiatan selama perkuliahan dijalaninya dengan pulang pergi dari Merak ke Serang dengan menggunakan angkutan umum bus. Berangkat pagi dan pulang ke rumah selepas magrib atau isya bila jam kuliah tatap muka hingga sore dilaksanakan, kegiataan ini dilakukannya hingga lulus perkuliaahan.


Meskipun kegiataan kuliah dilakukannya pulang pergi tiap hari, namun tidak membuatnya malas atapun patah semangat untuk terus memberikan yang terbaik meski lelah dan mengeluh sudah jadi makanannya setiap hari.


Setiap kali ia ingin mengeluh, capek dan ingin berhenti ia selalu teringat harapan dan doa-doa orangtuanya yang tiap malam dipanjatkan, kerap kali ia mendengar suara tangisan ayahnya yang berdoa terdengar hingga sampai ditelinganya.


Dengan segala perjuangan, drama, dan rintangan yang dihadapainya. Tibalah pada moment wisuda yang disaksikan oleh ayah dan ibunya dengan senyum sumringah di bibir kedua orangtuanya. “Saya cukup berbangga diri, dengan membawa piagam penghargaan kepada ayah dan ibu.” Ujarnya penuh dengan semangat.


Sefti juga selalu mengingat petuah-petuah atau pesan yang sering dilontarkan oleh ayahnya ketika mengeluh bahkan menangis menghadapi sulitnya belajar. Ia mengatakan diawal masuk perkuliahan ayahnya berpesan, “Meski nilai bukan segalanya tapi langkah kamu kuliah ditentukan dengan nilai, belajar yang benar supaya di semester tinggi kamu bisa menabung mata kuliah, itu akan membantu kamu untuk lulus tepat waktu bahkan lulus lebih cepat”. Ujar Sefti saat mengingat nasihat ayahnya.


Baginya, moment paling berat yang dihadapi saat kuliah adalahj ketika semester akhir. Pada bulan Agustus 2019 ketika ia sedang melaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlokasi di Panimbang, dengan segala perjuangan ia terpaksa harus Pulang Pergi dari Panimbang ke Serang untuk sekedar proses pengajuan proposal judul hingga pelaksanaan seminar sidang Proposal.


Disela-sela waktu kosong selama melaksanaan KKN ia memanfaatkannya untuk menyusun skirpsi dan tetap melaksanakan pulang pergi dari Panimbang ke Serang untuk sekedar melaksanakan bimbingan skripsi dan acc seminar proposal.


Setelah program KKN selesai, Sefti juga terpilih menjadi salah satu mahasiswa yang mewakili mahasiswa FEBI untuk melaksanakan program student exchange ke Malaysia. Maka beban dan tanggung jawabnya menjadi bertambah, ia harus menyelesaikan skripsi yang berkenaan dengan research penelitian di negara tetangga tersebut.


“Buat saya tanggung jawab yang dipikul amat sangat berat, dimana dengan waktu yang singkat hanya kurang lebih 2 minggu penelitian di negara Malaysia, saya harus bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu.” Ujarnya.


Selama penelitian berlangsung, ia hanya tidur 2-3 jam dan sisanya fokus menyelsaikan penelitian yang dilakukan hingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kemudian sepulang dari Malaysia, ia kembali berjuang dengan proses pendaftaran sidang munaqosah (sidang akhir skripsi) dengan segala drama yang dilewatinya dan pada 19 Desember 2019 ia bisa melaksanakan tugas munaqosah akhirnya dengan rentan waktu kuliah kurang lebih 3,5 tahun. 


Baca lebih banyak lagi inspirasi berprestasi di KabarPrestasi.Com dan jika kamu punya kisah berprestasi lainnya, silahkan kirimkan ke redaksi melalui email: kabarpresatsiofficial@gmail.com 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama