Opini : Ayu Lestari, S.Pd.

KABAR PRESTASI
- Pembangunan di masa depan akan didukung oleh pendidikan yang mampu mengelaborasi kemampuan yang dipunyai siswa agar bisa menerapkan segala yang dipelajarinya untuk mampu melewati permasalahan kehidupan baik sekarang ataupun nanti. Sebab itu, bidang studi yang memiliki dampak signifikan dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah matematika (Sholihah & Mahmudi, 2015).

Selaras dengan Kemendikbud tahun 2006 menyatakan bahwa matematika memiliki peranan penting pada disiplin ilmu lain, karena matematika merupakan ilmu yang menyeluruh dan dijadikan sebagai landasan perubahan sebuah teknologi modern dalam rangka memajukan daya pikir manusia. Selain itu, tidak ada satu negarapun yang mengabaikan matematika terkhusus dalam pendidikan, karena jikapun ada maka negara tersebut akan menjadi negara yang terbelakang dalam semua bidang utamanya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebab itu, menurut Sholihah dan Mahmudi (2015) dimulai dari sekolah dasar, bahkan dari sekolah kanak-kanak, mata pelajaran yang selalu diberikan guru kepada siswanya di semua jenjang pendidikan adalah matematika. Karena dengan mempelajari matematika siswa akan mempunyai pemikiran yang rasional, mendalam, analitis, kreatif, mampu bekerjasama serta sistematis. Selain itu, menurut menyatakan proses belajar mengajar di sekolah yang memiliki sifat kompleks dan menyeluruh adalah pada mata pelajaran matematika. 

Hasil dari Programme for International Student Assessment (PISA), yaitu studi internasional yang mengukur kemampuan siswa di bidang matematika, sains, dan literasi. PISA diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa Indonesia pada bidang matematika di tahun terakhir riset dilakukan, yakni pada tahun 2022 adalah 366 dengan peringkat 70 dari 76 negara. Ini merupakan skor terendah yang pernah didapatkan oleh Indonesia dari tahun sebelumnya yang cenderung mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir riset dilakukan. Namun, hal ini ternyata bukan hanya skor pada bidang matematika saja yang megalami penurunan, pada bidang sains dan literasi pun demikian adanya. Cenderung mengalami penurunan di tiga tahun terakhir riset, yakni dari tahun 2015, 2018 dan yang terakhir di tahun 2022.

Dengan demikian menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia ternyata masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain di Asia. Sehingga perlu peningkatan yang signifikan dalam upaya perbaikan pendidikan yang lebih baik kedepan.

Sejalan dengan pernyataan bapak Probowo Subianto yang telah resmi menjadi Presiden Republik Indonesia usai dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024 lalu, dalam rapat rapipurna perdana kabinet merah putih menegaskan bahwa pendidikan menjadi prioritas utama sekaligus sebagai komitmen bersama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, anggaran pada sektor pendidikan merupakan salan satu yang tertinggi dari sektor lain dan merupakan yang tertinggi dalam sejarah anggaran pendidikan di Indonesia, yakni 25%.

Selain itu, Presiden Prabowo menyebutkan bahwa telah melakukan pemanggilan obrolan khusus terhadap Menteri Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, yakni Abdul Mu'ti di Istana Negara, diminta untuk meningkatkan kualitas dan pembelajaran matematika dan mengucapkan mungkin pengenalan bisa dilakukan sejak tingkat TK atau pra sekolah.

Menurut Menteri Abdul Mu’ti dalam wawancara khusus detikedu.com, upaya meningkatkan kualitas dan metode pembelajaran matematika adalah perhatian khusus yang diberikan oleh Presiden Prabowo. Ia ingin bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Indonesia berkembang. Pembenahan STEM akan dilakukan melalui pondasinya yakni matematika sebagai fokus utama tanpa mengecilkan bidang ilmu lainnya.

Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Bila kita berpikir tentang matematika maka kita akan membicarakan tentang persamaan dan perbedaan, pengaturan informasi/data, memahami tentang angka, jumlah, pola-pola, ruang, bentuk, perkiraan dan perbandingan. Pengetahuan tentang matematika sebenarnya sudah bisa diperkenalkan pada anak sejak usia dini (usia lahir sampai 6 tahun). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun, konsep matematika ditemukan setiap hari melalui pengalaman bermainnya. Matematika pada anak usia dini adalah mengenalkan konsep-konsep dasar matematika atau matematika permulaan. 

Sejalan dengan pernyataan Dr. Gamal Albinsaid dalam dialog Kompas TV menyebutkan bahwa dalam kajian internasional dari negara lain, yakni National Council of Teachers of Mathematich (NCTM) dan The National Association for The Education Of Young Children itu mengatakan anak-anak usia 3 sampai 6 tahun memiliki potensi besar untuk memahami konsep matematika dasar melalui pengalaman yang dirancang dengan baik. Lalu, yang kedua ada sebuah penelitian studi kasus yang menyatakan ternyata ada kaitan antara kesulitan belajar matematika di sekolah dasar dengan kurangnya pengajaran matematika sejak anak usia dini, jadi anak yang tidak mendapat pemahaman dasar matematika di TK sering menghadapi tantangan dalam memahami konsep dasar matematika keterampilan berhitung dan pemecahan masalah saat di sekolah. Dari sinilah dapat diambil poin penting bahwa memulai pelajaran matematika dengan baik itu menjadi satu hal yang krusial. 

Selanjutnya filosofi dari Ki Hajar Dewantara mempunyai prinsip bahwa pembelajaran anak itu harus sesuai kodratnya ada dua kodrat, yakni kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berarti masa kanak-kanak di mana anak-anak sering sekali bermain gembira dan mereka banyak mengekspresikan diri, lalu mengembangkan diri dalam segala hal keseharian, sehingga harus ada sebuah desain kurikulum yang sederhana dan kompatibel dengan kadrat alam di usia anak tersebut. Dan yang kedua kadrat zaman artinya harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan kompetensi numerasi yang sekarang ini tengah digencarkan.

Program kelas yang berpusat pada anak menjelaskan bahasa konsep pembelajaran untuk anak usia dini atau konsep pembelajaran matematika anak usia dini seperti korespondensi satu-satu, pengurutan, menghitung, kalkulasi, klasifikasi, pengukuran, perbandingan, geometri, pola. Menurut National Council of Teachers of Mathematich (NCTM) Curiculum Standard, lingkup mengenalkan konsep matematika pada anak usia dini meliputi number and operations, pattern, function, algebra, geometri and spatial sense, measurement, data analysis and probability and problem solving. Berdasarkan uraian menurut NCTM ruang lingkup mengenalkan konsep metematika pada anak terdiri dari, operasi bilangan, pola, fungsi, aljabar, geometri, bentuk, pengukuran, analisis data dan probabilitas, dan pemecahan masalah. Sedangkan Leonard M. Kennedy dan Steve Tipps (1991) menjelaskan matematika permulaan yang diajarkan pada anak yaitu sebagai berikut: 

Mathematics learning does not begin on the first day of school. Development of mathematics concepts such as number, shape, size, and patterning starts with sensory experiences in the crib. Playing with toys, talking and singing. Walking and exploring are important in providing the foundations for strong mathematical structures. 

Berdasarkan penjelasan di atas menurut Hasanah dan Fitrianti (2018), pembelajaran matematika tidak dimulai pada hari pertama sekolah. Pengembangan konsep matematika seperti nomor, bentuk, ukuran, dan pola dimulai dengan pengalaman sensorik sejak kecil. Bermain dengan mainan, berbicara dan bernyanyi. Berjalan dan menjelajahi penting dalam menyediakan dasar bagi struktur matematika yang kuat.

Menurut Musrikah (2017), pengenalan matematika di TK bukanlah tindakan yang daoat dilakukan dengan sembarangan, sehinga harus dilakukan persiapana yang baik mengacu pada standar yang berlaku. Penyampaian materi matematika setidaknya harus mempertimbangkan dua hal, yaitu konsep yang benar dan cara/proses yang benar. Konsep yang benar dilakukan sejak awal pengenalannya, karena akan mengakibatkan miskonsep dan berlanjutpada tingkatan selanjutnya. Selanjutnya, penyajian matematika harus memperhatikan level berpikir atau tahap perkembangan anak, sehingga kejenuhan, kelelahan dan phobia pada matematika dapat dihindari. Dengan demikian, pengajaran matematika yang memperhatikan dua aspek tersebut dan aspek pendukung yang lain akan dapat mewujudkan pembelajaran yang ideal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

Selanjutnya, Menteri Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, Ahmad Mu’ti menambahkan, penting agar mata pelajaran matematika dapat diajarkan secara mudah dan menyenangkan. Tidak hanya terpaut pada buku dan cara-cara kaku. Untuk itu, pihak Kementerian pun tengah menyiapkan program pelatihan bagi guru matematika, terutama untuk matematika dari TK yang akan dimulai tahun depan. Selain peningkatan kualitas guru matematika, Mu’ti tengah menyiapkan peningkatan kualitas guru IPA. Dimana, peningkatan kualitas guru tersebut dinilai sangat berkaitan dengan prioritas pemerintah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang matematika, sains, dan teknologi.

Dengan penguatan tersebut, Sekjen PP Muhammadiyah dalam Jawapos, turut meyakini bisa meningkatkan kualitas SDM di masa depan. Hal ini pun bisa turut mengerek skor PISA Indonesia yang masih rendah.

Dengan demikian, sudah benarlah program pemerintah pendidikan periode kali ini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan indeks PISA yang menjadi salah satu indikasinya dalam matematika, sains dan literasi khususnya. Dan hal ini dimulai dari peningkatan kualitas pendidikan di tingkat yang paling dasar dari tingkatan pendidikan di Indonesia yakni tingkat TK (Taman Kanak-kanak) sebagai pondasi awal dalam bangunan pendidikan di Indonesia yang berkualitas, guna menyiapkan generasi terbaik dengan kompetensi yang mumpuni kedepan. ***

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama